Komisi Penilaian Eliminasi Malaria Nasional Lakukan Uji Petik di Garut

Komisi Penilaian Eliminasi Malaria Nasional Lakukan Uji Petik di Garut
Dokumen Kominfo Garut/fey/ruber.id

BERITA GARUT, society.ruber.id – Komisi Penilaian Eliminasi Malaria Nasional, melakukan uji petik guna penilaian eliminasi malaria di Kabupaten Garut.

Dipilihnya Kabupaten Garut, karena dinilai sangat baik dalam hal responsif dan memiliki dukungan dari lintas sektor yang sangat kuat.

“Dukungannya itu sangat kuat, untuk malaria dan juga sebenarnya untuk TB dan HIV. Jadi, memang kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada hari ini sangat bermanfaat untuk pemeliharaan ke depan nantinya.”

“Selain itu juga, sebenarnya untuk pengendalian penyakit lain termasuk TB dan HIV,” ucap Ketua Komisi Penilaian Eliminasi Malaria Nasional, dr. Ferdinan J. Laihad.

Ferdinan menyampaikan hal itu, usai pertemuan bersana Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, dan jajaran. Dalam rangka Assesment Bebas Penyakit Malaria di Kabupaten Garut.

Kegiatan berlangsung di Ruang Rapat Wakil Bupati Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa, 11 April 2023.

5 Kriteria Penilaian di Tingkat Provinsi

Ferdinan menjelaskan, terdapat 5 kriteria penilaian untuk tingkat provinsi. Di antaranya komitmen, surveilans, tata laksana, kemandirian masyarakat, dan dokumentasi.

Di mana, untuk kriteria pertama hingga keempat diukur pada provinsi dan kabupaten yang terkait.

“Jadi yang dinilai itu adalah sistemnya sebenarnya, apakah itu sistem surveilance-nya jalan. Komitmen itu jalan dari provinsi sampai semua kabupaten yang ada yang kita kunjungi.”

“Dan juga kegiatan jejaring tata laksana yang tadi sudah kita diskusikan. Kemudian juga kemandirian masyarakat tadi adalah pemberdayaan masyarakat desa, dari CSR juga saya lihat ada, jadi banyak hal,” tuturnya.

Untuk dokumentasi sendiri, kata Ferdinan, hal itu akan membantu pemerintah pusat pada saat pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).

“Kalau tingkat nasional akan dinilai oleh WHO sebenarnya, jadi kita hanya sampai ke tingkat provinsi.”

“Dan memang, salah satu kriteria provinsi tadi juga disamping 4 elemen yang kita nilai, ada 5 sebenarnya. Tetapi yang satu lagi itu, adalah untuk mencegah terjadinya KLB kedepan,” kata Ferdinan.

Program Kementerian Kesehatan

Sementara itu, Sekda Garut Nudin Yana mengatakan, eliminasi malaria ini merupakan program dari Kementerian Kesehatan RI.

Dengan tujuan, agar setiap kota/kabupaten salah satunya di Provinsi Jawa Barat dapat terhindar dari penyakit malaria.

“Sehingga, hari ini tim (penilai) turun dalam rangka barusan kita berdiskusi ber-FGD. Terkait bagaimana effort yang dilakukan oleh teman-teman Dinkes sebagai leading sector.”

“Dan kebijakan pemerintah kabupaten Garut dalam rangka melakukan eliminasi malaria seperti itu,” ucap Nurdin.

Nurdin menyampaikan, pihaknya sudah mengalokasikan anggaran terkait penanganan ataupun pencegahan penyakit malaria di Kabupaten Garut.

Selain itu, Nurdin juga meminta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk dapat bersama-sama melakukan recovery di segmentasinya masing-masing.

Sudah Tidak Ada Kasus Malaria di Garut

“Sehingga, malaria tidak lagi menjadi KLB di Kabupaten Garut. Dan Alhamdulillah, Kabupaten Garut di tahun 2019 sudah (melakukan) proklamasi sebagai daerah yang memang tidak ada malaria,” ucap Nurdin.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Garut Asep Surachman menjelaskan, sejak tahun 2019, Kabupaten Garut sudah dinyatakan bebas malaria.

Bahkan, sampai saat ini pihaknya tidak menemukan kasus lokal.

Adapun, 9 kasus yang ditemukan 9 di Kabupaten Garut tahun lalu, adalah kasus yang sifatnya dari luar atau impor.

“Kasus kemarin tahun 2022 itu, ada 9 ya dan itu semua berasal dari luar pula, bukan dari Garut.”

“Jadi, untuk Garut sendiri walaupun di daerah selatan ada 7 kecamatan yang risiko malaria. Tetapi, kita aman karena secara periodik, secara rutin dicek apakah nyamuknya masih ada atau tidak,” katanya.

Asep menuturkan, meski pihaknya memiliki program Juru Malaria Desa (JMD), namun merasa cukup kesulitan untuk menjangkau lapangan.

Di mana, pihaknya harus mengajak masyarakat lokal. Seperti karang taruna ataupun masyarakat lainnya untuk melakukan pencegahan penyakit malaria.

“Kalau ada upaya pencegahannya apa ya kalau tidak ada kita kejar di rumah-rumah yang berdekatan dengan lagoon ya. Atau tempat-tempat perindukan nyamuk malaria tersebut,” kata Asep.

Asep meminta, masyarakat memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila menderita gejala malaria. Seperti demam dan menggigil, apalagi menjelang arus mudik Lebaran ini.

“Nah, yang merantau ini kan bukan saja dari Jakarta dari Bandung tapi bisa jadi luar pulau. Dan ini, oleh-olehnya selain bawa oleh-oleh materi, juga penyakit. Nah ini, kita lakukan upaya pencegahannya,” ucap Asep.